Kisah Kapal Pemburu Paus Essex


Cerita tentang kanibalisme untuk survive di kalangan pelaut sebenarnya bukan hal yang baru. Bahkan pada awal-awal abad ke-19 dunia maritim marak dengan cerita-cerita mengerikan semacam itu. Salah satu contohnya adalah Kapal Essex, kapal pemburu paus, pada tahun 1820.


Kisah itu dimulai dengan kecelakaan kapal pada tahun 1820, di mana paus menabrak Essex yang menyebabkan kapal tersebut tenggelam di 2.000 mil laut (3.700 km) sebelah barat pantai barat Amerika Selatan.Di kapal tersebut terdapat 25 awak dan semuanya berhasil menyelamatkan diri dengan menuju ke Pulau Henderson. 

Di dalam pulau ini mereka bertahan hidup dengan memakan ikan, burung dan tumbuhan. Namun bagaimana jika itu semua telah habis? yah, inilah yang terjadi berikutnya. Karena sumber daya alam dalam pulau tersebut hanya cukup untuk seminggu saja, berikutnya untuk bertahan hidup mereka saling membantai, memakan tidak peduli teman dan saudara. Setahun setelah karamnya kapal pemburu paus tersebut, sebuah kapal penangkap ikan berhasil menolong awak yang tersisa dan hanya ada dua awak yang tersisa. Sementara di pulau lain terdapat awak lain yang berhasil diselamatkan. 


Sayangnya, sumber daya alam pulau itu hanya cukup untuk seminggu, selanjutnya tidak ada lagi yang bisa dimakan. Mereka masih mencoba bertahan dengan minum air kencing sendiri, tapi tidak lama. Jadi, bisa ditebak apa yang terlintas di pikiran mereka untuk bisa bertahan. Di sinilah berlaku hukum rimba, siapa yang kuat dia yang menang. Mereka saling membatai, saling memakan. Tidak ada teman, sahabat, bahkan saudara, semua saling bantai. Tragisnya, kapten kapal, Pollard ikut memakan sepupunya, Owen Coffin, yang sebelumnya dibantai oleh anak buahnya sendiri.

Pertolongan baru datang hampir setahun kemudian oleh kapal penangkap ikan Dauphin Nantucket 95. Saat itu dua orang yang selamat, kapten Pollard dan Ramsdell, orang yang membunuh Coffin sepupu Pollard. Di tempat terpisah crew lain berhasil diselamatkan kapal dagang India. Sebanyak delapan orang berhasil diselamatkan. Pengakuan mereka, mereka berhasil bertahan hidup dengan mengkonsumsi mayat tujuh temannya.

Makan Teman Demi Bertahan Hidup

Alam, betapapun indahnya, ternyata tetap “asing” dan bisa jadi mematikan. Meskipun selamat, bekal hidup mereka menipis. Mereka tarombang-ambing di tengah luasnya samudera Pasifik. Bencana demi bencana datang, cuaca berubah ekstrim. Satu per satu awak kapal lenyap di telan ombak.

Dalam kondisi yang teramat parah, di antara kru kapal yang lemah akhirnya tewas. Jasadnya mereka makan, mulai jantung, hati hingga tersisa kulit dan tulang. Mereka memakan mayat rekan mereka sendiri. Sampai akhirnya hanya tersisa empat orang dalam sekoci. Dalam keadaan kritis, diputuskan salah satu di antara mereka harus dibunuh untuk mempertahankan hidup yang lain.

Mereka mengambil undian dan vonis jatuh ke Owen Coffin, saudara sepupu dari kapten Pollack yang baru berusia 18 tahun. Undian selanjutnya diambil untuk menentukan siapa yang akan melakukan eksekusi penembakan terhadap Coffin. Undian jatuh pada Charles Ramsdell. Kapten Pollack harus merelakan kepergian sepupunya itu untuk “dikanibalisme” oleh kru kapal yang tersisa.

Setelah beberapa lama di lautan, sekawanan burung camar mengitari mereka. Sebuah tanda bahwa paus raksasa Moby Dick muncul lagi. Tak disangka burung camar membenarkan keberadaan sang paus. Tekad untuk menaklukkan paus tak pernah surut. Mereka bersiap, tapi tiba-tiba seorang perwira bernama Owen Chase mengurungkan niat untuk membunuh sang paus.

Kisah ini diabadikan dalam novel dan film

Cerita ini menginspirasi lahirnya novel karya Herman Melville, Moby Dick (1851). Baru-baru ini pada 2015, cerita Essex dirilis dalam film berjudul In the Heart of the Sea dengan pemain Chris Hemsworth, Tom Holland, Benjamin Walker dan Cillian Murphy.

Film ini menggambarkan kisah yang diceritakan Thomas Nickerson, yang saat kejadian merupakan awak kapal amatir. Herman Melville (Ben Wishaw) mendatangi Nickerson tua (Brendan Gleeson) demi cerita paus besar yang menghancurkan kapal Essex. Jangankan Melville yang merupakan orang asing, istrinya saja tak pernah mendengar Nickerson bercerita tentang perjalanan dengan kapal Essex dan paus itu.

Namun, karena desakan dari istrinya, Nickerson mau menceritakan perjalanan berlayar dan bertemu dengan paus yang membuatnya bungkam. Perjalanan dimulai saat penangkap hiu terkenal Owen Chase (Chris Hemsworth) ditunjuk sebagai kelasi satu mendampingi Kapten George Pollard (Benjamin Walker) yang tak memiliki pengalaman tapi membawa nama salah satu keluarga terpandang di Nantucket.

Demi nama tersebut, Chase harus menyepakati perjanjian untuk menjaga perjalanan dan memenuhi kapal dengan ribuan ton minyak paus. Sebuah tawaran untuk mendapat keuntungan dari para pengusaha akhirnya membuat Chase harus menahan amarahnya.

Jauh di dalam hati Chase, kesepakatan ini sangat menyulitkannya. Pasalnya, tugasnya di perjalanan lebih banyak dibandingkan bila dia menjadi kaptennya. Chase harus bekerja sama dengan orang yang tak berpengalaman tapi jabatannya lebih tinggi darinya. Di tengah keadaan istrinya, Peggy (Charlotte Riley) yang sedang mengandung, dia pun berjanji akan kembali dan menjadi kapten di kapalnya sendiri. Sambil berpamitan, Peggy memakaikan kalung yang akan mengikat janji Chase untuk kembali dari perjalanan tersebut.

Perjalanan dimulai dan tak menyisakan celah yang menunjukkan Chase serta Pollard bekerja sama dengan baik. Selalu ada silang pendapat di antara keduanya. Semua awak kapal termasuk Nickerson muda (Tom Holland) menyaksikan konflik di antara keduanya. Perjalanan yang menyenangkan terhenti saat kapal berlabuh di Ekuador. Di tempat itu, dia bertemu seorang kapten yang harus menerima kenyataan bahwa kapalnya telah terkoyak akibat ulah seekor paus raksasa.

Namun, bukan cerita itu yang lantas menjadi perhatian. Di perairan sekitar Amerika Selatan itu, terdapat kumpulan paus yang bisa membuat mereka pulang dengan senang karena membawa banyak minyak paus. Hal itulah yang menggerakkan kapten beserta awak kapal Essex bergerak. Benar saja, panggilan paus yaitu semburannya mewarnai perairan. Puluhan paus saling sembur dan saat itulah mereka bersiap dengan perahu sera harpun di tangan.

Di balik birunya laut, terdapat sesuatu bergerak, besar dan mengintai mereka. Sebuah paus yang digambarkan memiliki panjang 30 meter dengan warnanya yang putih muncul dari permukaan laut. Paus itu menggulingkan perahu. Melihat hal itu, Chase tak mau melepaskannya begitu saja. Harpun ditembakkan dan tali terus terulur.

Paus raksasa itu membawa harpunnya ratusan meter lalu menghilang. Chase beserta awak kapal mengira itu pertemuan terakhir. Paus raksasa merusak bagian bawah kapal hingga akhirnya mereka harus beralih menggunakan perahu-perahu kecil. Seluruh makanan diselamatkan tapi, minyak paus yang telah terkumpul harus tenggelam bersama kapal.

Melanjutkan perjalanan untuk mengumpulkan minyak paus semakin sulit. Mereka kehabisan makanan. Harapan mulai muncul saat terlihat daratan yang bisa membuat mereka melakukan perbaikan perahu dan menemukan makanan. Berhari-hari menghabiskan waktu di daratan tak berpenghuni membuat keadaan mereka memburuk. Mereka memakan apapun yang ada mulai dari ikan hingga telur-telur burung. Apalagi, Chase menemukan bangkai-bangkai manusia. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.

Tiga di antara mereka memilih untuk bertahan di pulau tersebut karena tak lagi bisa melanjutkan perjalanan. Chase pun berjanji untuk kembali ke pulau itu saat mereka telah sampai ke Nantucket. Perjalanan belum usai, mereka harus terombang-ambing di tengah laut tanpa makanan. Adegan yang paling menyentuh adalah saat mereka mengundi untuk bisa hidup. Mereka yang kalah harus rela menjadi santapan. Di balik kesedihan karena kehilangan teman, mereka akhirnya menyantap tubuh temannya sendiri.

Banyak orang mungkin telah mengetahui bagaimana cerita Moby Dick. Tapi dari film ini yang paling menonjol adalah bagaimana mereka bertahan hidup setelah kapalnya rusak akibat diserang paus raksasa. Selain itu, perjalanan pulang pulalah yang membuat semua awak kapal yang selamat menutup mulut dan berhenti bercerita tentang misi mengumpulkan minyak paus saat menggali minyak bumi dari tanah belum diketahui. Efek visual yang dihadirkan membawa suasana perjalanan di tengah laut lengkap saat ombak, badai hingga paus raksasa menyerang. Lalu, tampilan para pemainnya yang kelaparan di tengah laut juga terlihat begitu meyakinkan.

Berikut cuplikan film In The Heart of The Sea


Referensi :
[1]. http://lifestyle.bisnis.com/read/20151203/254/498223/in-the-heart-of-the-sea-kisah-para-pemburu-paus
[2]. http://ngikutonline.blogspot.co.id/2012/03/menjadi-kanibal-untuk-bertahan-hidup.html
[3]. id.wikipedia
[4]. http://trendezia.com/Trendz/read/3624/kisah-paus-moby-dick-dan-tenggelamnya-kapal-essex

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.